Selamat malam para pembaca, kali ini saya akan membagikan makalah mengenai "Hadits Wajah dan Suara Nabi SAW". Untuk mengetahui lebih lanjut kalian bisa membacanya yaaaa :D
Atau jika kalian ingin memiliki filenya sendiri, kalian bisa DOWNLOAD langsung DISINI !!!
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Secara garis besar hadits adalah sesuatu yang
di identikkan dengan perkataan yang berasal dari nabi Muhammad Saw. Sedangkan
Da’wah adalah penyebaran atau penyampaian ilmu pngetahuan yang di identikkan
dengan pengetahuan keagamaan, kemudian pengajaran adalah kata yang
berasal dari kata “ajar” yang mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an” yang
mengartikan cara, kode etik atau system ajar kepada audiens sehingga mengerti
apa yang di transferkan oleh pengajar.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits
da’wah dan pengajaran adalah penyampaian ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan
tentang agama islam atau pengetahuan secara umum yang dilandaskan dengan sesuatu
atau perkataan yang berasal dari Rasulullah Saw.
Sedangkan yang melingkupi hadits tentang
da’wah dan pengajaran ini antara lain adalah cara pengajarannya, kode etik
penyampaian, dan strategi dalam pengajaran yangsesuai dengan hadits tercapai
tujuan pengajaran yang sesuai dengan kaidahkaidah ajaran yang telah di ajarkan
dalam islam.
2.
RUMUSAN
MASALAH
Makalah ini berisi tentang hadits yang
melingkupi poin-poin berikut :
a.
Hadist wajah nabi ketika berdakwah
b.
Hadist suara nabi ketika berdakwah
c.
Asbabul wurud dari setiap hadis
yang bersangkutan
3.
TUJUAN
a.
Dapat mengetahui hadist bagaimana
wajah nabi ketika dakwah
b.
Memahami hadist suara nabi ketika
berdakwah
c.
Mengetahui asbabul wurud atau
sejarah turunya hadist tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
WAJAH NABI KETIKA BERDAKWAH
Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya teladan bagi umat manusia.
Dalam berdakwah, Rasul SAW senantiasa mengajak umatnya dengan cara yang lembut,
sopan, bijaksana, kasih sayang, dan penuh keteladan. Sebab, sejatinya dakwah
adalah menyeru dan mengajak umat manusia untuk menjadi lebih baik. Bukan
menakut-nakuti mereka dengan berbagai ancaman. Dalam Alquran, Allah SWT
memberikan tuntunan berdakwah dengan tiga cara, yakni bil hikmah, mau’izhotil
hasanah wa jaadilhum billati hiya ahsan, yang terkandung dalam QS An-Nahl ayat 125
1.
Nabi
tidak suka selalu disanjung atas keindahanya
Dalam hadis banyak
kita jumpai berbagai riwayat yang menggarnbarkan keindahan bentuk dan keelokan
paras Nabi, Oleh karena itu, kita yakin bahwa Allah yang Maha Kuasa
telah menciptakan beliau dalam sebagus-bagus rupa dan sebaik-baik bentuk adalah
merupakan kesempurnaan iman kita kepadanya. Manusia yang paling suci dan yang
paling mulia ini menampakkan sifat-sifat yang luar biasa, bahkan semenjak masih
kanak-kanak. Kendatipun masih dalam usia muda, beliau lemah lembut dan sabar,
cinta akan kedamaian dan kesunyian. Dialah Muhammad Makhluk Allah yang paling mulia ini dinamakan
Ahmad. Nabi Muhammad SAW adalah penghulu segenap makhluk yang paling dicintai
oleh Allah, yang paling mulia, rahmat bagi semesta alam, manusia yang paling
suci dan penyempurna revolusi zaman. Muhammad telah dipilih menjadi Rasul dan
diuji oleh Tuhan, dibentuk dan disempurnakan, baru kemudian diutus untuk
memperbaiki dan membangun suatu masyarakat manusia menurut kehendak Tuhan. baik
lahir maupun batin. Nabi adalah manusia yang paling sempurna, sebagaimana
dikatakan dalam salah satu syair Arab sebagai “permata diantara bebatuan”.
Karena itu, tidak seorang pun yang bisa melukiskan atau menggambarkan sosoknya
karena kesucian dan kesempurnaannya. Keharaman menggambar wajah nabi SAW justru
merupakan bukti otentik betapa Islam sangat menjaga ashalah (originalitas)
sumber ajarannya.
Larangan melukis Nabi Muhammad Saw adalah keharusan menjaga
kemurnian aqidah kaum muslimin. Sebagaimana sejarah permulaan timbulnya
paganisme atau penyembahan kepada berhala adalah dibuatnya lukisan orang-orang
sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr oleh kaum Nabi Nuh As. Memang
pada awal kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar digunakan untuk mengenang
kesholihan mereka dan belum disembah. Tetapi setelah generasi ini musnah,
muncul generasi berikutnya yang tidak mengerti tentang maksud dari generasi
sebelumnya membuat gambar-gambar tersebut, kemudian syetan menggoda mereka
agar menyembah gambar-gambar dan patung-patung orang sholih tersebut.
Melukis Nabi Saw dilarang karena bisa membuka pintu paga Larangan melukis
Nabi Muhammad Saw adalah keharusan menjaga kemurnian aqidah kaum muslimin. Sebagaimana
sejarah permulaan timbulnya paganisme ataupenyembahan kepada berhala adalah
dibuatnya lukisan orang-orang sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr
oleh kaum Nabi Nuh As. Memang pada awal kejadian, lukisan tersebut hanya
sekedar digunakan untuk mengenang kesholihan mereka dan belum disembah.
Tetapi setelah generasi ini musnah, muncul generasi berikutnya yang tidak
mengerti tentang maksud dari generasi sebelumnya membuat gambar-gambar
tersebut, kemudian syetan menggoda mereka agar menyembah gambar-gambar dan
patung-patung orang sholih tersebut. Melukis Nabi Saw dilarang karena
bisa membuka pintu paganisme atau berhalaisme baru, padahal Islam adalah agama
yang paling anti dengan berhala.
Dalam hadits Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian menyanjungku
berlebihan sebagaimana orang-orang Nashrani menyanjung Putera Maryam, karena
aku hanya hamba-Nya dan Rasul utusan-Nya.” ( HR. Ahmad dan Al-Bukhori).
Itulah sebab utama kenapa umat Islam bersikeras melarang melukis
Rasulullah, yaitu dalam rangka menjaga kemurnian aqidah tauhid.
2.
Nabi
memiliki wajah yang indah
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Al-Baara’,
bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling indah paras mukanya. Wajahnya
laksana matahari yang memancar, demikian sahabat Abu Hurairah menurut riwayat
At-Turmidzy.
Imam‘AliR.a,menurut riwayat At-Turmidzy
dalammenggambarkan sifat-sifat Rasulullah berkata, bahwa wajah beliau bulat,
penuh daya tarik. Sedang ‘Aisyah berkata: “Bila Rasulullah sedang gembira, maka
paras mukanya bagaikan belahan bulan purnama,” seperti yang diriwayatkan
At-Tarmidzi
Tatkala Abu
Thufail ditanya tentang sifat-sifat Nabi, ia berkata:”Beliau berwajah putih
menarik, berseri bila sedang gembira, bagaikan bulan purnama memancarkan
sinar.”
Dalam menggambarkan sifat-sifat Nabi, para sahabat sepakat dan tidak beda
pendapat, bahwa beliau mempunyai wajah yang bersinar dan mempesona
Sahabat Jabir dalam menggambarkan bentuk dan rupa Nabi, berkata: “Wajah beliau
bulat laksana matahari atau bulan purnama.” (HR Muslim)
Al Hasan bin ‘Ali meriwayatkan dari Ibnu Abi Halah, bahwa Rasulullah bertampang
muka sangat gagah, berwibawa dan berseri-seri, bagaikan bulan purnama. Demikian
menurut At-Turmidzy.
Tatkala Jabir Samurah menatap wajah Rasulullah di malam terang bulan, ia
berkata: “Aku memandang wajah Nabi, lalu melihat ke arah bulan, maka bagiku
beliau jauh lebih indah dari bulan yang sedang memancarkan cahaya itu.” (Hadis
riwayat AtTurmidzy)
Putra Rabi’ binti Mua’awwidz, ketika bertanya kepáda ibunya tentang sifat
Rasulullah dijawab: “Aku melihatnya bagaikan matahari terbit,” menurut riwayat
Al-Baihaqy.
Ummu Ma’ad, wanita yang pernah melihat Rasulullah dan belum pernah mengenalnya,
menceritakan kepada suaminya dan berkata: “Aku melihat seorang lelaki, bersinar
tampan mukanya, bagus dan rupawan.” Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim
dan Al-Baihaqi.
Seorang wanita dari suku Hamdan, bercerita dengan bangganya “Aku pernah
melakukan ibadah haji bersama Rasulullah.” Kemudian ia ditanya bagaimana sifat
beliau itu? Wanita itu menjawab singkat: Bagaikan bulan purnama. Belum pernah
aku melihat orang sebagus dia.” Demikan At-Turmidzy meriwayatkan.
Ahli tafsir
kenamaan Al-Qurtubi berkata: “Keindahan Nabi tidak mungkin tampak dengan jelas,
karena penglihatan kita tidak sanggup menatap wajah beliau sepenuhnya.”
3.
Wajah
Rasulullah memiliki cahaya kelembutan dan kasih sayang yang agung
Wajah rasul meski tidak bias digambarkan secara nyata tetapi bayangan
wajah beliau akan ada dalam pikiran umatnya sebagai wajah yang dipenuhi cahaya
kelembutan dan kasih sayang, karena beliau adalah pembawa Rahmat bagi sekalian
alam, maka wajah beliau penuh kasih sayang, demikian pula ucapan beliau saw,
perangai, tingkah laku, dan bahkan bimbingan beliau saw pun penuh dengan kasih
sayang Allah swt. Apa yang dimiliki oleh Rasulullah itu merupakan suatu
kelebihan yang diberikan oleh Allah swt langsung kepada hambaNya yang dipilih.Rasulullah
SAW memiliki wajah yang sentiasa ceria bersinar, menyimpan keagungan dan
kewibawaan.Setiap orang yang menatap wajah nya akan bergetar hatinya. Dan ini
termasuk salah satu mukjizat yang baginda miliki sebab hal ini tidak mungkin
dapat dimiliki oleh manusia biasa.
Ali Karamahu Wajhah pernah
berkata: “Siapa yang melihatnya sepintas lalu pasti akan terpegun kerana
kewibawaannya.”
Tatkala Amer bin Ash menghadap
Nabi SAWuntuk yang pertama kali ia berkata: “Aku tidak sanggup menatap
wajahnya, kalau sekiranya org bertanya kepadaku tentang sifat-sifat baginda,
seraya tidak sanggup aku menceritakannya kerana mataku tidak sanggup menatap
wajahnya.” SUBHANALLAH “
At-Tirmidzi meriwayatkan dari
Ibnu Abi Halah,BAHAWA BILA Nabi SAW tengah berbicara maka semua sahabat yang
berada di sekelilingnya tenang, sambil menundukkan kepala, seolah-olah kepala
sedang dihinggapi burung.
Memang
sahabat Nabi SAW tidak dapat wajah baginda dengan tajam,karena keagungan dan
kewibawaannya yang dapat menceritakan dan menggambarkan sifat dan rupa beliau
adalah mereka yang masih kecil atau yang berada di bawah asuhannya sebelum masa
kenabiannya, seperti Hindun binti Abi Halah dan Ali r.a.
Diceritakan
oleh Ali Mas’ud Albadriy tentang apa yang ia dialami sendiri:Tatkala aku sedang
mengajar seorang hambaku tiba-tiba ku dengar suara dari arah belakang, mulanya
aku tidak memperdulikannya karena amarahku sedang meluap kiranya itulah
Rasulullah SAW setelah kutatap wajahnya maka tanpa kusadari yang ku pegang jatuh ke tanah, baginda berkata
kepadaku: “Demi Allah Tuhan dapat berbuat kepada dirimu melebihi dari apa yang
engkau lakukan sekarang ini.” Maka dengan suara tersendat-sendat aku
berkata:”Ya Rasulullah Demi Allah aku tidak akan mengajar hambaku ini lagi sesudah
ini.”
Ada seorang
wanita namanya Qiblah binti Makhramah ia menuturkan: “ Aku pernah melihat
Rasulluah SAW duduk dengan tekunnya tiba-tiba ada rasa takut menyelinap dalam
hatiku, dan aku pun, menggigil ketakutan, kemudian terdengar suara orang
berkata:” Ya Rasulullah ,Kesihan benar wanita itu, ia menggigil ketakutan
terhadap dirimu.” Maka beliau yang tampan itu melihat diriku kerana aku berada
di belakang punggungnya seraya berkata: Kasihan benar dirimu tenangkanlah
hatimu.” Setelah kudengar perkataan itu,segera lenyap rasa takut dari hatiku.
B.
SUARA
NABI KETIKA BERDAKWAH
1.
Suara
Nabi lemah-lembut dalam berdakwah
Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta
memaafkan kepada orang banyak dan Allah itu mencintai orang-orang yang berbuat
kebaikan.” (Ali-Imran: 134)
Dari Aisyah ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah
itu Maha Lemah Lembut dan mencintai sikap yang lemah lembut dalam segala
perkara.” (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan
إِنَّ
اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَالَا يُعْطِى عَلَى
الْعَتْقِ وَمَالَا يُعْطِى عَلَى مَا سِوَاهُ.
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi mencintai
kelembutan. Dia memberikan pada sifat kelembutan yang tidak diberikan kepada
sifat kekerasan, dan tidak pula diberikan kepada sifat-sifat yang lainnya.” (HR. Muslim)
Hadits ini mengandung makna
keutamaan sifat lemah lembut, anjuran untuk berakhlak dengannya, serta
tercelanya sifat kasar dan keras. Sesungguhnya sifat lemah lembut merupakan
sebab untuk meraih segala kebaikan.
Makna lafazh hadits, “Dia (Allah
subhanahu wa ta’ala, ) memberikan sesuatu pada sifat lemah lembut yang tidak
diberikan kepada sifat kekerasan“, yakni bahwa dengan sifat lemah lembut
tersebut, seseorang dapat melakukan perkara-perkara yang tidak akan bisa
dilakukan dengan sifat yang menjadi lawannya yaitu sifat keras dan kasar. Ada
yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala pada
sifat lemah lembut, yang tidak diberikan pada sifat yang lainnya.
Dengan sifat
lemah lembut yang ada pada diri seseorang, dapat menyelamatkannya dari api
neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
اَلَا
اَحْبَرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى النَّارِ اَوْبِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ
النَّارُ عَلَى كُلِّ هَيِّنٍ سَهْلٍ .
“Maukah aku kabarkan
kepada kalian tentang orang yang diharamkan dari neraka atau neraka diharamkan
atasnya? Yaitu atas setiap orang yang dekat (dengan manusia), lemah lembut,
lagi memudahkan.” (HR. Tirmidzi)
Ar-Rifq (lemah lembut) merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap
muslim, terkhusus seorang da’I Termasuk diantara akhlak-akhlak yang harus
dimiliki oleh seorang da’i yang berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala
adalah bersikap lapang dada, menampakkan wajah yang ceria dan bersikap lemah
lembut kepada saudaranya sesama muslim.Sifat tersebut akan mendorong untuk
lebih mudah diterimanya dakwah seseorang tatkala ia menyeru ke jalan Allah
subhanahu wa ta’ala.Bahkan terhadap orang kafir tertentu, terkadang perlu untuk
bersikap lemah lembut dalam rangka melembutkan hati mereka untuk tertarik masuk
ke dalam Islam. Telah diketahui bahwasanya Islam adalah sebuah agama yang
ringan dan mudah bagi pemeluknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِنَّ
الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ اَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَشَدِّ دُوْا
وَقارِبُوْا وَاَبْشِرُوْا وَاسْتَعِنُوْا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْئٍ
مِنَ الدَّاجَةِ .
“Sesungguhnya
agama (Islam) itu mudah. Setiap orang yang berusaha mempersulitnya pasti akan
kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah kepada kesempurnaan, dan berilah
kabar gembira, serta ambillah sebuah kesempatan pada pagi hari, petang serta
sebagian dari malam.”(HR. Al Bukhari)
Islam juga
memerintahkan kepada pemeluknya untuk bermuamalah dengan sifat lemah lembut
kepada sesama manusia, dan bahkan terhadap binatang ternak sekalipun.
Sebagaimana dalam hadist;
إِنَّ
اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ فَإِ ذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوْا
الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذَّبْحَ وَالْيَحِدَّ اَحَدُكُمْ
شَفْرَتَهُ فَلْيَرِحْ ذَبِيْحَتَهُ .
“Sesungguhnya Allah
subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan untuk berbuat baik atas segala sesuatu. Jika kalian
membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka
sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah salah seorang dari kalian
menajamkan pisaunya (ketika hendak menyembelih), dan menyenangkan
sembelihannya.” (HR. Muslim)
Ketika
seorang mukmin telah berhias dengan kelemahlembutan, maka akan membuahkan pada
dirinya sikap kasih sayang kepada orang lain, dan akan melahirkan pada diri
orang lain sikap kecintaan dan keridhaan, serta menumbuhkan sikap segan dari
pihak lawan kepada dirinya. Sebaliknya, dengan sikap keras, kaku dan kasar akan
membuat lari dan menjauhnya manusia, dan semakin mengobarkan api kebencian dari
orang-orang yang menanam benih kebencian kepada dirinya. Oleh karena itu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
إِنَّ
الرِّفْقَ لَا يَكُوْنُ فِي شَيْئٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَايُنْزَعُ مِنْ شَيْئٍ إِلَّا
شَا ئَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut tidaklah berada pada sesuatu
kecuali akan membuat indah sesuatu tersebut dan tidaklah sifat lemah lembut
dicabut dari sesuatu kecuali akan membuat sesuatu tersebut menjadi buruk.”(HR.Muslim)
Saat seorang Arab kampung kencing
di masjid, banyak sahabat yang ingin memukulnya karena “kurang ajar”:
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Ada seorang A’rab
-orang Arab dari daerah pedalaman- kencing dalam masjid, lalu berdirilah orang
banyak padanya dengan maksud hendak memberikan tindakan padanya. Kemudian Nabi
s.a.w. bersabda: “Biarkanlah orang itu dan di atas kencingnya itu siramkan saja
setimba penuh air atau segayung yang berisi air. Karena sesungguhnya engkau semua
itu dibangkitkan untuk memberikan kemudahan dan bukannya engkau semua itu
dibangkitkan untuk memberikan kesukaran.” (Riwayat Bukhari)
Namun Nabi melarang mereka dan
menyiramnya dengan air. Jika orang itu dipukul, niscaya dia akan benci terhadap
Islam dan mati sebagai orang kafir. Namun kelembutan Nabi membuat orang itu
tetap di dalam Islam.
Dari Jarir
bin Abdullah r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang tidak dikaruniai sifat lemah lembut, maka ia tidak dikaruniai
segala macam kebaikan.” (Riwayat Muslim)
Meski demikian, terhadap
orang-orang kafir yang memerangi Islam Nabi amat tegas sehingga orang-orang
kafir yang merupakan Super Power dunia saat itu seperti Kerajaan Romawi dan
Persia gentar menghadapi Nabi. Saat Kerajaan Romawi memprovokasi ummat Islam,
Nabi segera berangkat ke Tabuk bersama 30 ribu pasukan Muslim. Meski 1 bulan
menunggu, tentara Romawi tidak berani menyerang sehingga Nabi kembali ke
Madinah
2.
Menjauhi pertengkaran dan perdebatan dalam berdakwah
Dalam suatu riwayat, Nabi pernah mendatangi sahabat beliau yang sedang
berdebat, seraya beliau menegur dan melarang perbuatan itu, lalu beliau
bersabda
مَنْ تَرَكَ اْلكَذِبَ
وَهُوَ بَاطِلٌ بُنِيَ لَهُ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَمَنْ تَرَكَ
الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِهَا وَمَنْ
حَسُنَ خُلُقُهُ بُنِيَ لَهُ فِي أَعْلاَهَا
“Barang
siapa yang meninggalkan dusta sedang dia dalam keadaan salah, dibangunkan
)(oleh Allah) I untuknya (sebuah rumah) dipinggir surga. Dan barang siapa meninggalkan
perdebatan sedangkan dia dalam keadaan benar, dibangunkan (oleh Allah) untuknya
dipertengahannya dan barangsiapa yang baik akhlaknya dibangunkan untuknya
(rumah) yang paling tinggi”. (H.R Tirmidzi dan berkata: Hadits Hasan).
Apalagi
pada masa kini, pertengkaran dan perdebatan semakin meningkat dan banyak
terjadi baik di pasar, di kantor, maupun di perusahaan. Karena itu bagi
orang-orang yang niat hidupnya untuk ibadah kepada Allah , sudah tentu ia
akan menghindari dan menjauhkannya baik dalam keadaan bersalah ataupun benar.
3.
Nabi selalu berbicara jelas, tegas, tepat, sopan
Aisyah radhiyallahu anha:
“Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara
dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan
perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang
mendengarnya.” (HR. Abu Daud)
‘Aiysah radhiyallahu ‘anha
berkata: “Tutur kata Rasulullah sangat teratur, untaian demi untaian kalimat
tersusun dengan rapi, sehing- ga mudah dipahami oleh orang yang mendengar-
kannya.” (HR. Abu Daud)
Anas bin Malik Radhiyallahu
anhu mengatakan: “Rasulullah sering mengulangi perkataannya tiga kali agar
dapat dipahami.” (HR. Al-Bukhari)
“Rasulullah saw. tidak berbicara cepat sebagaimana kalian. Tetapi beliau
berbicara dengan kata-kata yang jelas dan tegas. Orang yang duduk bersamanya
akan dapat menghafal (kata-katanya) .(Diriwayatkan oleh Humaid bin Mas’adah al
Bashriyyi, dari Humaid al Aswad, dari Usamah bin Zaid, dari Zuhri, dari `Urwah,
yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
“Rasulullah saw. suka mengulang kata-kata yang diucapkannya sebanyak
tiga kali agar dapat dipahami.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Abu
Qutaibah –Muslim bin Qutaibah-. dari `Abdullah bin al Mutsani, dari Tsumamah,
yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
4.
Suara
nabi sangat merdu dan sedap di dengar
Nabi
SAW memiliki suara yang merdu sekali,Amat sedap didengar telinga, demikian Anas
meriwayatkan.
Dan
beliau bersabda pula: “Bahwa Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan
bermuka tampan, dan bersuara merdu. Sedang Nabimu adalah yang terbagus raut
mukanya dan merdu suaranya.” (HR At-Turmidzy).
Jubair
bin Muth’im juga berkata, bahwa suara Nabi itu merdu, berkesan dalam hati dan
cukup keras.
Albarra’
berkata: “Nabi SAW pernah berkhutbah, sehingga suara beliau terdengar oleh
gadis-gadis yang berada di balik tabir rumahnya.” Dan Ummu Hani berkata pula:
“Di tengah malam, aku mendengar suara Nabi yang sedang di sisi Ka’bah, sedang
aku tengah berbaring di panggung rumahku.” (HR. Ibnu Majab).
5.
Suara Nabi terkadang keras dan tegas dalam berdakwah
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Mas’ud Al Anshari radliyallahu ‘anhu,
dia berkata: “Seorang
laki-laki berkata (kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam):“Wahai
Rasulullah, hampir saja aku tidak mengerti shalat kami yang diimami oleh si
fulan karena sangat panjang.” Maka aku (perawi) tidak pernah melihat Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam marah dalam menasehati yang lebih keras daripada
hari itu. Beliau bersabda : “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah
membuat orang lari. Maka barangsiapa shalat mengimami manusia hendaklah dia
memperingan (shalatnya) karena diantara mereka ada orang yang sakit, lemah, dan
orang yang memiliki kebutuhan.” (HR. Bukhari)
Pada riwayat Imam Bukhari yang lain dari Abi Hurairah radliyallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melihat seseorang
yang menggiring seekor unta yang akan disembelih di Mekah. Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Naiki unta itu!” Orang tersebut menjawab: :
Sesungguhnya ini adalah unta yang akan disembelih di Mekah.” Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Celaka kamu, naiki unta itu!” (Beliau menyatakan hal
ini) pada kali yang ketiga atau kedua. DR. Fadll Ilahi berkata: “Perkataan Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kepadanya ‘Celaka kamu’ adalah pendidikan agar
dia kembali kepada (perintah) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Karena dia
mengetahui dengan jelas bahwa tidak boleh seorang Mukmin bersikap ragu dan
menahan diri dari melaksanakan perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Hal
ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Al-Qurthubi. (Al Lin wa Ar Rifq
halaman 52)
Dalam sebuah hadits dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha, beliau berkata: “Tidaklah
Nabiyullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika diberi dua pilihan melainkan
beliau memilih yang paling mudah dari keduanya selama tidak mengandung dosa.
Apabila mengandung dosa, maka beliau menjauhkan diri dari keduanya. Demi Allah,
beliau tidak pernah marah karena hal yang dilakukan terhadapnya kecuali jika
pengharaman Allah dilanggar maka beliau marah karena Allah.” (HR.
Bukhari)
Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani menjelaskan dalam
mengomentari hadits ini: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk memberi maaf
kecuali terhadap haq-haq Allah (yang tidak ditunaikan).” (Fathul Bari karya
Ibnu Hajar 5/576)
Imam Ar Razi rahimahullah berkata: “Sikap lemah lembut
dan kasih sayang hanya diperbolehkan apabila tidak menyebabkan pengabaian
terhadap salah satu haq Allah. Jika sikap itu membawa kepada kondisi yang
demikian maka tidak diperbolehkan.” (At Tafsirul Kabir 9/64 dan Gharaibul
Qur’an wa Gharaibul Furqan karya An Naisaburi 4/ 107)
Pada sebuah riwayat yang shahihah dari ‘Aisyah
radliyallahu ‘anha diceritakan bahwa orang-orang Quraisy merasa belas kasihan
terhadap seorang wanita dari Bani Makhzum yang telah mencuri. Mereka berkata: “Tak ada
seorang pun yang berani membicarakan tentang pembelaannya (terhadap wanita
tersebut) kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melainkan Usamah bin
Zaid, kekasih Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.” Maka Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Apakah engkau (Usamah) memberi
pembelaan bagi pelanggaran terhadap salah satu batas-batas Allah?!” Kemudian
beliau berdiri dan berkhutbah lalu bersabda: “Wahai sekalian manusia, tidaklah
orang-orang sebelum kalian sesat melainkan karena apabila seorang yang mulia
mencuri, mereka membiarkannya. Sedangkan apabila seorang yang lemah mencuri,
mereka tegakkan hukuman atasnya. Demi Allah, kalaulah seandainya Fatimah binti
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mencuri, aku akan memotong tangannya.”
(HR. Bukhari dalam Kitabul Hudud bab Karahiyah Syafaah Fil Hadd Idza Rufi’a
Ilas Sulthan hadits nomor 6778, 12/87)
BAB III
PENUTUPAN
A.
KESIMPULAN
a.
Wajah Rasulullah
Imam Bukhari
dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Al-Baara’, bahwa Rasulullah adalah
manusia yang paling indah paras mukanya. Wajahnya laksana matahari yang
memancar, demikian sahabat Abu Hurairah menurut riwayat At-Turmidzy.
·
Wajahnya bercahaya
·
Dahinya begitu lebar
·
Alis mata melekung dan tebal
·
Warna mata hitam dan bulu mata yang panjang
·
Hidung beliau agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta
tampak agak menonjol jika kita pertama kali melihatnya, padahal tidak demikian
sebenarnya;
·
Mulut beliau sedang, agak lebar;
·
Gigi beliau putih cemerlang dan
agak renggang;
·
Memiliki jenggot hitam dengan uban
putih. Jenggotnya tipis tapi penuh rata sampai di
pipi;
·
Bahunya bidang (lebar) dan kokoh;
b.
Suara Rasulullah
Aisyah
bercerita,”Rasulullah tidak pernah berbicara penuh sebagaimana bicaramu ini
(cerewet), tetapi beliau berbicara dengan perkataan yang pas, jelas, padat
sehingga bisa dihafal oleh orang yang ada di sekitarnya.” (HR Abu Dawud)
·
Rasulullah berbicara dengan mudah
dan sopan serta lemah lembut, karena beliau ingin agar orang lain mengerti arah
pembicaraannya.
·
Beliau sangat menjaga perbedaan-perbedaan dan cara berpikir diantaranya
umatnya. Beliau memilih bersikap halim (menerima perbedaan walaupun
tidak sesuai dengan isi hati) dan sabar sehingga menyenangkan lawan bicara.
·
Rasulullah juga suka bercanda dengan para sahabatnya untuk mengurangi
rasa takut karena sebagiab di antara mereka ada yang takut kepada yang lain.
·
Beliau berbicara dengan nada perlahan;
·
Beliau berbicara dengan kata-kata yang jelas dan terang sehingga mudah
dihafal oleh orang yang mendengarnya;
·
Dalam berkomunikasi, beliau
memperhatikan tingkat intelektualitas dan pemahaman lawan bicaranya
·
Tutur kata beliau sangat teratur,
setiap untaian kata tersusun rapi;
·
Beliau sudi mengulang perkataannya
agar dapat dipahami.
B.
SARAN
·
Semoga
karya ilmiyah ini dapat bermamfaat khususnya untuk saya pribadi umumnya untuk
semua pembaca